Senin, 13 Oktober 2014

PRO KONTRA SISTEM BIOFLOC

Teknologi biofloc berkembang diawali oleh penelitian ilmuwan dari israel tentang perikanan. Hasilnya berupa teksbook yang mengupas detail tentang sistem yang dikenalkan tersebut. Dari sumber tadi, banyak peneliti dari indonesia yang mengujicobakan dan memberikan perlakuan tambahan tertentu sesuai dengan tujuan apa yang akan di kembangkan relatif terhadap yang telah dicapai sebelumnya. Di Indonesia, teknologi di klaim telah berkembang pesat terutama pada budidaya udang, dengan hasil panen yang lebih tinggi daripada aplikasi di negara lain di Eropa dan Amerika. Para peneliti dan praktisi biofloc sangat meyakini dengan metode yang dikenalkan tersebut karena telah terbukti keberhasilannya di Lapangan.
Sementara itu, peneliti lain mengembangkan dengan model RAS (recirculated system), dengan mengaplikasikan filter biologi untuk menjaga lingkungan air agar tetap cocok untuk tumbuh kembangnya ikan/udang. Model ini juga mengklaim sebagai sistem padat tebar, yang mana jumlah kepadatan budidaya bisa mencapai 1000 ekor/m3. Model RAS, air akan tampak jernih dan ikan sangat jelas kelihatan berlalu lalang di kolam budidaya. Penampakan ini tentunya sangat berbeda dengan sistem biofloc, dimana kolam tampak keruh dan ikan tidak bisa dilihat meskipun pada kedalaman 10 cm dari permukaan.
Praktisi lain juga mengembangkan model/sistem budidaya lain, dengan sebutan green water system. Model ini bukan berarti air untuk tempat budidaya berwarna hijau, akan tetapi mengedepankan efek keramahan terhadap lingkungan air budidaya dan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh pengkondisian lingkungan budidaya seperti habitat dialam yang ideal. Penggunaan filter biological berupa tumbuhan dan mikroorganisma lain yang bermanfaat untuk mengembalikan kualitas air di aplikasikan pada sistem ini. Pemberian aerasi di sarankan terutama pada malam hari karena banyak tumbuhan air yang juga membutuhkan oksigen sehingga DO bisa drop pada malam hari. Sedangkan pada siang hari, tumbuhan air menghasilkan oksigen sehingga DO cukup memadai untuk ikan pada siang hari.Sistem ini juga ada beberapa model, dengan sirkulasi yang cukup, dan ada yang tanpa sirkulasi air. Pada aplikasi tanpa sirkulasi menghasilkan performansi yang hampir seperti sistem biofloc, aplikasi dan penambahan bakteria dalam kolam menimbulkan efek warna yang berbeda-beda tergantung jenis bakteri yang dominan, dan pembentukan floc karena aktivitas bakteri tertentu. Beberapa praktisi ini tidak mengklaim sistem ini sebagai sistem biofloc meskipun dalam performansi sistem menunjukkan efek yang sama. Green water system, yang pada akhirnya bermuara pada penurunan FCR hingga 50 % untuk ikan lele.
MOnggo, silakan koreksinya, ini saya sarikan dari membaca berbagai sumber yang mengenai sistem budidaya perikanan. Maaf saya tidak mencantumkan nama2 dari yang mengemukakan sistem budidaya diatas, karena bukan tidak mau, karena saya tidak mencatat dan menghafalkannya. Saya hanya berupaya meresume yang saya baca, tentunya sesuai dengan keterbatasan dan kapasitas saya sebagai pelaku baru dalam budidaya perikanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar